Sudah hampir dua tahun sejak saya menikah dengan suami, tapi masih belum
diberi kepercayaan dari Yang Kuasa untuk mempunyai keturunan, awalnya
sih saya santai aja, maklum jarak waktu pacaran sama menikah juga
terbilang cepat. Lagian teman-teman dekat saya yang sudah menikah juga
kebetulan punya anaknya juga jangka waktunya rata-rata lebih dari
setahun.
Waktu itu juga di rumah orang tua masih ada ponakan yang
balita, jadi lumayan buat ngelatih momong anak. Sampai pada suatu waktu
ponakan saya kembali ke asalnya di luar pulau, saya jadi merasa lumayan
kehilangan, trus akhirnya rundingan sama suami untuk promil (program
hamil).
Kebetulan juga Arum sahabat saya waktu itu baru berhasil
promil dan merekomendasikan dr. Fredy di RSIA Lombok Surabaya. Bulan
Agustus 2015 kami memulai promil, saya di USG dinyatakan sehat, hasil
tes lab suami juga dinyatakan sehat, periode bulanan saya juga lancar
& teratur, selanjutnya cuma konsumsi Folavit 400 (asam folat) dan
Santa E (vitamin E) sehari sekali, kalau bulan depan saya masih mens
pada hari pertama/kedua disuruh balik control.
Akhirnya
pertengahan September saya kedatangan tamu, tapi ternyata waktu itu
dokternya cuti (yaelaahh... dok). Saran Arum coba WA (whatsapp) aja
dokternya biasanya di balas. Selanjutnya saya turuti saran Arum, di
balas lah wa saya dengan saran konsumsi profertil sekali sehari selama
lima hari mulai dari hari ke dua menstruasi. Seharusnya seminggu setelah
menstruasi hari terakhir saya usg untuk melihat dampak profertil
tersebut apakah bekerja atau tidak. Nah, fungsi profertil ini untuk
merangsang ke dua telur agar subur. Kalau kata dokter secara alamiah
telur akan matang bergantian, jadi kalau bulan ini yang matang sebelah
kanan, maka bulan depan sebelah kiri dst. Jadi ada kemungkinan sperma
nyasar ke telur yang tidak matang, sehingga dengan profertil ini
diharapkan telur matang dua-duanya dan sperma dapat membuahi telur yang
matang tersebut, dalam hal ini bisa jadi sperma membuahi ke dua telur
yang matang itu tadi sehingga yang terjadi adalah ... Voila, anak
kembar!
Karena dokter sedang cuti jadi saya rasa bulan September
promil kurang optimal sehingga bulan Oktober masih kedatangan tamu, kali
ini sama seperti sebelumnya dengan mengkonsumsi profertil di mens hari
ke-dua selama lima hari terus seminggu setelah mens terakhir saya
kembali control ke dokter untuk di cek apakah ke dua telur matang, well
alhamdulillah baik semua sesuai rencana, selanjutnya ya disuruh rutin
berhubungan.
Di bulan Oktober saya mulai telat mens, test pack
juga hasilnya positif, akhirnya control ke dokter dinyatakan hamil empat
minggu, pas di usg masih kelihatan kantung aja dan disuruh kembali lagi
dua minggu berikutnya untuk pemeriksaan lebih lanjut. Waktu tahu
rasanya hamil ya senang campur deg-degan karena kata dokter masih banyak
kemungkinan terjadi selama belum terdengar detak jantung dan embrio
belum kelihatan, tapi kok saya merasa nggak morning sickness dan 3L
(lemah, letih, lesu) seperti teman-teman di kantor saya kalau lagi hamil
muda. Memang saya mual, tapi biasanya sore hari dan nggak sampai banyak
keluar muntah, cuma huwek..huwek aja, browsing-browsing katanya harus
waspada karena bisa jadi ada gangguan di janin, tapi dari teman yang
sedang hamil enam bulan juga katanya dia nggak pake mual. Ya sudahlah...
Dua
minggu kemudian saya periksa lagi, awalnya usg lewat perut, sampai
dokter agak menekan perut saya dibilang gambarnya burek (buram),
akhirnya usg trans vaginal, lama dokter memperhatikan monitor sambil
geser-geser alatnya, saya yang sedang berbaring sambil mengamati monitor
juga udah feeling nggak enak karena saya sendiri juga belum melihat
embrionya, akhirnya dokter menyatakan BO (blighted ovum) kalau istilah
umum dokter menjelaskan dimana telur ada putihnya tapi nggak ada
kuningnya, jadi semacam telur yang nggak ada inti telurnya. Akhirnya
dokter ngasih semangat dan menjelaskan kemungkinan penybab-penyebabnya
dan menjelaskan macam-macam kasus yang lebih parah, susternya juga
ikutan ngasih semangat (favorit deh sama susternya). Keputusan akhir
harus kuret, saya minta hari sabtu aja biar jadwal agak longgar. Awal
dijelasin dokter saya masih manggut-manggut aja sambil bilang ho... gitu
ya dok, ho... gini ya dok. Pulang ke rumah berkaca-kaca aja, besoknya
baru kerasa tuh.. tiap abis sholat pasti sesenggukan. Tapi cuma dua hari
aja kok, mulai merenung mungkin saya kurang berbuat baik dsb sambil
positive thinking.