Saturday, October 19, 2019

Pengalaman Kuret (lagi)

Hello, sudah lama sekali saya nggak bersentuhan dengan blog ini. Bener aja setengah jam pertama mau tulis postingan baru saya awali dengan login, iya login doang. Dan mulai menyesuaikan lagi dengan keyboard laptop, karena setelah saya resign sudah 2 tahun juaraang banget pegang komputer terutama untuk mengetik. Yes, I've been resigned from my latest job and officially a housewife now.

Tapi di postingan ini saya nggak akan cerita tentang keputusan resign, jadi ibu rumah tangga, and so on. Karena biasa aja, banyak yang begitu kayaknya ya. Saya mau posting tentang pengalaman saya kuret (lagi), iya lagi karena memang sebelumnya sudah pernah merasakan dan saya tulis juga di blog sebelumnya

Jadi waktu itu saya telat haid di bulan September, biasanya awal bulan udah keluar dan teratur. Akhirnya coba test pack dan hasilnya positif, tapi karena ingat-ingat sama obgyn pas hamil pertama dulu kalau belum usg dan ketahuan detaknya jadi masih harap-harap cemas.

Awal-awal saya bingung nih mau memutuskan obgyn dan usg dimana, karena sudah nggak sebebas dulu waktu belum punya anak, dan saya maunya yang prakteknya nggak kemalaman. Singkat cerita saya ke RSIA dekat rumah, yang nyaman ada mini playground jadi anak nggak bosen kalau nunggu. 

Sebelum USG pertama tanggal 17 September, saya masih merasa sehat bugar, nggak mual, muntah, dan bisa beraktivitas biasa. Pas USG dinyatakan hamil 5 minggu dan disuruh control lagi tanggal 2 Oktober tapi sebelum USG ke-2 sudah mulai keluar flek sedikit, mulai mual, muntah dan males-malesan :(  

Setelah USG ke-2 ternyata ukuran kantong kehamilan masih tetap 5 minggu dan nggak nambah tapi dokternya masih suruh balik minggu depan lagi untuk control tapi feelingku udah nggak enak dan memutuskan cari second opinion dan pilihannya jatuh ke obgyn yang pernah kuret saya dulu di Rumah Sakit Pura Raharja (RSPR). Dan waktu USG ke-tiga ini obgyn langsung menyatakan saya BO lagi dan suruh cari rujukan BPJS untuk segera kuret besok paginya. Dalam hati cuma pengen yang terbaik dan ternyata dikasih jalan cepat banget.

Malam sebelum kuret sudah ke UGD RSPR dan rumah sakit ini sekarang udah di renovasi jadi agak beda waktu saya pertama kali ke situ. Kalau dulu berangkat ke RS pagi dan langsung ke kamar bersalin dan mulai tindakan jam 9 di kamar bersalin juga, siang siuman dan sore setelah ashar boleh pulang. Tapi sekarang jadinya lebih sering transfer antar ruangan. Setelah dari UGD menuju ke kamar bersalin untuk cek pembukaan dll, kali ini saya nggak dikasih obat sama sekali dan nggak merasakan mules, sakit perut dll, cuma flek yang keluar tambah lama tambah banyak. 

Selama di ruang bersalin sempat terharu karena barengan dengan lahiran bayi-bayi di bed sebelah, Masya Allah saya percaya banyak malaikat turun untuk mendoakan. Dan saya juga percaya apa yang saya alami ini memang sudah jalan terbaik dari-Nya dan semoga digantikan dengan yang lebih baik, sehat, dan kuat. Aamiin...

Jam 4 subuh diberi obat lewat vagina, dan jam 7 dibawa ke ruang operasi. Yep, akhirnya saya merasakan ruang operasi untuk pertama (dan semoga menjadi terakhir) kalinya. Alhamdulillah semua berjalan lancar, sekitar jam 10 saya mulai siuman di Ruang Pemulihan dan mual, muntah karena efek obat bius. Selanjutnya dibawa ke Ruang Rawat Inap dan boleh pulang dari Rumah Sakit sekitar jam 5 sore.

Alhamdulillah seminggu kemudian control dan sudah bersih, masih ngeflek sedikit dan wajar aja kata obgynnya.

Tuesday, May 23, 2017

Surat dari Anak Ragil

Assalamualaikum... Mama apa kabar?
Semoga senang ya kumpul kembali sama mas dan Papa, aku yakin mereka juga senang ketemu Mama.

Alhamdulillah aktivitas rumah sudah kembali normal setelah sebulan nggak ada Mama.
Awalnya memang terasa sangat berat untuk kami, but life must go on, right?

Aku & mbak lebih sering memasak sekarang, mencoba mengingat-ingat resep dan rasa dari masakan Indonesia buatan Mama. Ternyata kami nggak tahu apa-apa tentang masakan Indonesia dan lebih sering googling resep.
Dan rasanya... Yaahhh not bad lah, meskipun kadang kami kelupaan sesuatu atau melakukan kesalahan hehehe.
Kalau ada Mama pasti kami sudah diomelin karena jarang masak makanan Indonesia.
Tapi aku tau mama yakin kalau putri-putrinya bisa masak, karena kami putrimu!
Yup, kami terbiasa dengan segala masakan mama. Hanya menunggu waktu yang tepat untuk terbiasa di dapur.
Mungkin sekarang saat yang tepat, apalagi satu bulan lagi Arzan mulai MPASI and I can't share it with you.*cry

Arzan juga sehat-sehat ma, terakhir imunisasi tanggal 5 lalu, suhu badannya sempat naik seperti biasa, but he's fine.
Timbangannya pun selalu bertambah, sekarang aku nggak khawatir mama keberatan nggendong Arzan.
But I'm sure he miss your lullaby a lot.

I'm thinking, Can I be a good housewife just like you? I miss you a lot...

Salam,
Anak Ragil

Friday, March 17, 2017

MengASIhi Story

Setelah hamil selama 9 bulan (bahkan lebih untuk saya), pengalaman excited jadi ibu selanjutnya adalah tentu saja menyusui. Pada awalnya menurut saya aktivitas menyusui ini termasuk alamiah yang dilakukan oleh tubuh kita yang bahkan disebutkan juga di Qur'an tetapi entah kenapa banyak "drama" dari cerita - cerita yang pernah saya dengar dan baca sehingga saya ikutan parno juga kalau sampai ikut-ikutan drama juga.

Tapi saya bukan ahli laktasi dan tulisan ini murni dari pengalaman saya dan saya tidak bermaksud men-judge atau mempengaruhi siapapun.

Jadi kebetulan tanggal 24 Desember saya daftar talk show laktasi yang diadakan oleh RSI, dalam hati saya waktu berangkat ke acara tersebut semoga ini menjadi ikhtiar saya bahwa saya ingin menyusui buah hati saya secara eksklusif dan tanpa drama.

Dalam acara tersebut dijelaskan tentang ASI seperti jenis dan kandungannya (yang saya baru tahu kalau ASI itu ada jenis-jenisnya), kapasitas lambung bayi dalam menerima ASI, cara memerah serta menyimpan ASI, dan masih banyak lagi.

Saya tidak akan menjelaskan detail isi acara tersebut karena semua info tersebut sudah banyak dan mudah didapatkan di halaman browser dan social media.

Yang tidak kalah penting juga macam-macam "perintilan" menyusui. Awalnya saya bingung dengan berbagai macam pompa beserta spare part dan peralatan lainnya untuk menyusui. Takutnya sudah beli malah nggak kepakai atau belum beli malah butuh. Mana ada yang bilang pompa cocok-cocokan, melihat harga pompa terutama yang elektrik kalau sampai nggak cocok terus nggak dipakai sayang juga.

Mau nyewa waktu itu saya masuk waiting list panjang bener, belum lagi kalau ada yang memperpanjang masa sewanya, entah kapan saya bisa pakai. Selain itu juga takut resiko ada spare part rusak atau nggak higienis, tambah pusing dah...

Tapi karena pertimbangan baby A akan saya tinggal kerja (sementara) akhirnya saya memantapkan hati untuk membeli sebuah pompa dengan merk yang sering banget seliweran di instagram saya dan banyak dipakai artis-artis karena tergiur harga promo pas harbolnas di salah satu online shop hehehe...
Untuk perintilan ASI akan saya post tersendiri.

Kembali lagi ke cerita menyusui, waktu saya masih di ruang rawat inap RSI setelah melahirkan, saya didatangi oleh bidan dan suster untuk memeriksa apakah ASI saya sudah keluar atau belum, serta memastikan antara ibu dan bayi sudah melakukan pelekatan dengan benar.

Alhamdulillah doa saya terkabul, di hari pertama sudah mulai keluar kolostrum, baby A sendiri sudah pintar menyusui. Menurut saya semua tergantung pikiran juga, saya ini orangnya santai dan nggak mau ribet, semua saya pasrahkan yang penting saya sudah berusaha.

Mungkin karena pas masih hamil saya sudah baca-baca artikel tentang menyusui, pijat payudara dan ikut talk show laktasi juga, dan yang nggak kalah penting support system dari orang-orang di sekitar seperti suami dan orang tua. Terima kasih semua...

Baby A memang kuat nyusunya, kalau kata orang-orang sih wajar karena anak laki. Kadang ada sedikiiittt rasa capek waktu baby A minta nenen, pikir saya dikit-dikit nyusu. Tapi lama-lama saya menikmatinya, saya merasa dibutuhkan oleh makhluk kecil tersebut yang pada awalnya menangis dengan menyusuinya bisa membuatnya tenang bahkan tertidur.Tau sendiri kan anak bayi kalau tidur mukanya seperti apa, geeemmmeeesss...

Dan perkembangan baby A di usia 2 bulan beratnya sudah mencapai 6,2 kg. Itu sebenarnya udah lewat sedikit batas menurut poster grafik perkembangan bayi yang saya lihat di tempat imunisasi. Orang-orang yang lihat baby A secara langsung atau cuma lihat dari foto pasti langsung comment gendutnyaaa...

Sempat khawatir sih kalau baby A obesitas atau apalah tapi kata bidan yang biasa periksa malah bagus dan sehat, selama yang diminum baby A ASI eksklusif tanpa campuran sufor. Ya alhamdulillah kalau gitu, cuma ya kasihan aja sama yang nggendong (termasuk saya sendiri).

Untuk stock ASI persiapan kerja, saya baru mulai mompa sekitar 20 hari sebelum masuk kerja dan nggak rutin saya pompa, kadang sehari cuma sekali, maksimal tiga kali saja, karena perhitungan saya di kantor nanti saya akan pompa dua kali saja, selanjutnya saya ingin baby A nenen langsung malam dan pagi hari sebelum saya berangkat kerja.


Awal-awal saya coba pompa dapat setengah botol (botol bawaan dari pompa takarannya 160ml), kalau dapat penuh 1 botol biasanya saya bagi 100ml untuk stock saat kerja, sisanya coba saya minumkan dengan cup feeder untuk latihan.

Ya, saya dan didukung suami saya memang berkeras untuk tidak menggunakan dot, bukan karena apa-apa, cuma saya memang takut baby A bingung puting dan nggak mau nenen ke saya lagi.

Apa baby A nggak rewel waktu dikasih cup feeder? Tentu rewel hehehe,
Awalnya memang rewel, mungkin karena bingung antara mau minum, nafas, nangis, takutnya malah tersedak, tapi kunci pemberian ASI menggunakan cup feeder untuk baby A adalah yang pertama jangan waktu baby A rewel banget, kalau kata orang Jawa sih nangise kejet-kejet, kalau udah terlanjur gitu ya harus ditenangin dulu baru diminumin ASI.

Yang kedua, cara pelekatan antara bibir baby A dan cup feeder harus menyentuh bibir bawahnya ya.

Dan ketiga menjaga kemiringan cup feeder sehingga ASI yang diberikan harus konstan masuk ke mulut baby A terus.

Saya nggak tahu dengan bayi-bayi lainnya yang menggunakan cup feeder tapi untuk baby A sendiri kalau dikasih ASInya sedikit-sedikit pasti langsung ngamuk, padahal yang ngasih udah takut tersedak aja si baby A nya.

Saya sendiri juga nggak konsumsi booster atau suplemen ASI apa-apa. Menurut dokter juga nggak usah dibikin ribet sama makanan yang penting bergizi, selain itu ya makan apa yang disukai ibu, kalau kesukaannya coklat atau es krim ya anggap itu sebagai booster ASI.
Wah, cocok banget sama prinsip saya tuh.

Alhamdulillah saya bisa mengumpulkan sekitar 30 kantung ASI sebelum kerja untuk stock baby A.

Tapi memang menyusui benar-benar bikin lapar ya, yang dulunya saya jarang makan nasi 3x sehari sebagai makanan pokok, sekarang makan sehari 3x kalau nggak pakai nasi nggak nampol, pokoknya jangan sampai kelaparan aja, selalu sedia cemilan di kantor.

Itu sharing dari saya, wanita yang baru menyandang status sebagai busui selama 2,5 bulan dan masih berharap bisa menyusui ekslusif selama 2 tahun. Masih ada 21,5 bulan lagi lo... (kencangkan ikat di kepala).



Wednesday, March 1, 2017

Here comes the baby...

Alhamdulillahirobbilalamin... puji syukur saya panjatkan tak henti-hentinya karena saya telah diberi izin dan amanah melahirkan bayi laki-laki yang sehat (dan lucu) pada 4 Januari 2017 dengan proses persalinan normal. Ok, untuk postingan kali ini saya akan langsung cerita pengalaman bersalin keburu saya lupa, maklum sudah lebih 1,5 bulan.


Menurut obgyn saya dr. Dewi Arofah, HPL seharusnya tanggal 1 Januari, kemungkinan bisa maju/mundur sekitar 2 minggu. Dan pada tanggal 1 Januari belum ada tanda-tanda kelahiran, dr. Dewi menyarankan saya untuk cek ECG (rekam detak jantung) janin di rumah sakit sebelum jadwal control selanjutnya.

2 Januari 2017 jam 10.00
Saya berangkat ke Rumah Sakit Islam Jemursari untuk ECG, karena waktu itu masih cuti bersama jadi saya registrasi lewat UGD, untuk ECG nya sendiri dilakukan di ruang bersalin, dalam hati saya bilang perkenalan dulu nih sama ruang bersalin RSI. Pada saat akan ECG saya dipasang alat seperti sabuk dan tombol yang harus ditekan jika janin bergerak dengan posisi berbaring kurang lebih selama setengah jam.

Setelah selesai proses ECG, suster mengkonsultasikan hasil tersebut dengan dr. Dewi via telpon. Ternyata menurut dokter hasilnya baik, selanjutnya disuruh cek pembukaan, langsung parno deh karena udah pernah ngerasain waktu pengalaman kuret sebelumnya. Ternyata saya sudah mengalami bukaan 2 tapi kok nggak kerasa apa-apa ya?
Oleh suster saya disuruh pulang dulu karena belum merasakan kontraksi dan pecah air ketuban.

3 Januari 2017 jam 19.30
Saya berangkat control rutin mingguan, oleh dr. Dewi saya dicek pembukaan (lagi!) dan hasilnya masih tetap bukaan 2, katanya sih memang wajar apalagi anak pertama. Kalau minggu depan belum ada tanda2 lahir harus cek ECG lagi tapi kemungkinan kalau nggak malam ini ya besok lahir katanya, usahakan malam ini banyak jalan kaki sampai ngantuk. Akhirnya saya pulang ke rumah dan mengikuti anjuran dokter, jalan-jalan muteri kamar ampe ngantuk terus tidur.

4 Januari 2017 jam 02.30
Bangun tidur saya merasakan kontraksi, saya bangunkan suami dan menghitung jarak antar kontraksi sudah sekitar 2 menitan. Yak fix langsung angkut koper dan berangkat ke RS.
Sampai di RS saya tidak langsung masuk ruang bersalin, saya masih milih nunggu di ruang tunggu sambil menunggu mama dan kakak saya datang, lagipula di dalam juga sedang ada pasien lain yang berjuang. Nggak lama terdengar suara bayi menangis. Dalam hati saya, Ya Allah semoga selanjutnya saya bisa menyusul. 

Setelah mama dan kakak saya datang, saya masuk ke ruang bersalin. Dan ternyata hanya satu orang yang boleh mendampingi padahal dalam pikiran saya pengen didampingi mama sama suami, tapi ya nggak apa-apa, takutnya malah bikin mama kepikiran dan saya juga nggak tenang kalau sampai mama kecapekan ndampingi saya. Waktu berbaring di ruang bersalin, saya masih ditangani oleh bidan dan cek pembukaan, masih 2 mau ke 3

jam 07.00
dr. Dewi (akhirnya) datang dan cek pembukaan, ternyata sudah bukaan 7, tapi karena beliau masih ada jadwal operasi, jadinya dr. Dewi menangani operasi dulu. Saya cuma disuruh nafas panjang dan jangan mengejan dulu. Humpf...

Beberapa jam kemudian...
Saya sudah merasa sakit sekali, rasanya sudah kepingin mengejan maksimal dan lapor ke suster dan dicek sudah bukaan sempurna. Nggak berapa lama dr. Dewi datang dan langsung mempersiapkan semuanya. Dalam keadaan seperti itu saya coba untuk menanamkan pikiran-pikiran positif seperti "sabar & nikmati", "saya wanita kuat & pasti bisa" Saat kontraksi datang saya disuruh mengejan, ternyata ... pake salah ngejan segala karena seharusnya tenaganya berpusat di panggul dan sekitarnya bukan tenaga dari kepala, leher & sekitarnya. Suami udah takut aja, karena di ruang bersalin sebelumnya ada pasien yang harus operasi karena kehabisan tenaga untuk mengejan. Untungnya dr. Dewi telaten untuk mengajari saya dulu cara mengejan yang benar.

Kalau saya ceritakan pengalaman saya itu ke teman-teman saya, pasti mereka commentnya "dulu nggak diajarin mengejan pas senam hamil?" Well, selama saya senam hamil, agenda kegiatannya datang - senam - relaksasi - minum susu & ambil snack - cek doppler/tanya jwb dokter (kalau ada) - pulang. Itu pas saya datang lo ya, nggak tahu lagi kalau ada agenda tambahan di hari lain.
Karena beberapa teman saya senam hamil di tempat lain ada yang disuruh praktek mengejan sambil dipantau bidannya. Well, itu pelajaran buat saya juga sih, dalam memilih tempat buat senam hamil bukan cuma fasilitas dan harga yang diperhatikan tapi juga ilmu yang mereka share ke kita.

Balik lagi ke cerita persalinan, setelah latihan mengejan yang benar dan kontraksi datang, langsung aja saya hajar and the magic happen... Lahirlah babby A dengan berat 3.36 kg &  panjang 50 cm. Saya bisa merasakan proses IMD (very warm and comfort) setelah 5 menitan bayi diambil untuk dihangatkan dan saya di bawa ke ruang rawat inap.

Tidak berapa lama baby A diantarkan ke kamar dan suster di sana membantu saya untuk memberi ASI, alhamdulillah lancar semua. Untuk RSI sendiri menggunakan sistem rawat gabung ya, jadi bayi yang sehat & tidak membutuhkan perlakuan medis ditaruh sekamar dengan ibunya dan dibawa ke ruangan bayi hanya dua kali saat mandi, selain itu RSI juga pro ASI.

5 Januari 2017
Keesokannya dr. Dewi visit ke ruang inap, dia bilang hari ini kalau dokter spesialis anak mengizinkan baby A pulang, maka ibunya juga boleh pulang. Yey... alhamdulillah di ruang rawat inap cuma semalam aja.

Kadang saya masih merasa amaze dengan semua yang saya alami, doa-doa saya dalam melalui semua proses ini alhamdulillah dikabulkan semua. Pada intinya saya diberi kelancaran & kemudahan dalam semua hal, mulai hamil, persalinan, menyusui, ya nggak semuanya menyenangkan sih tapi layak untuk dinikmati.


Wednesday, November 9, 2016

Prepare for Maternity Leave

Sudah masuk minggu ke 32 (menurut aplikasi) dan 33 (menurut USG), updatenya letak kepala bayi sudah mau masuk panggul, menurut dokter paling cepat  minggu ke 34 sudah masuk. Bismillah lancar.

Nggak kerasa besok udah mulai cuti bersalin. Disambut dengan flu & radang tenggorokan, pertanda udah harus segera maternity leave kan???  Tadi malam dan siang ini juga hujan, pertanda disuruh istirahat di rumah aja kan???
Tapi kok kantor adem ayem ya? Cuti udah di acc, list pekerjaan juga sudah diserahkan. Moga-moga lancar semua.

Mari kita list things to do saat maternity leave :
  1. Bikin Baby Milestone Card, karena kalau beli mahal & pengen desain yang sesuai hatiku, paling yang simple-simple aja.
  2. Menata foto album ponakan, karena sebelum punya anak sasaran target foto & video kamera maupun hp adalah ponakan-ponakan tercinta, dan udah terkumpul banyak, udah beli album foto anak juga, sekarang tinggal ditata.
  3. Jalan /olahraga pagi.
  4. Khataman (Insya Allah bisa)
Sekian dulu  listnya, semoga bisa terlaksana semua sampai tiba saatnya persalinan yang normal, lancar, dan bahagia. Amin

Monday, October 31, 2016

Pengalaman Senam Hamil

Setelah mereview beberapa tempat untuk senam hamil di Surabaya di postingan saya sebelumnya, alhamdulillah saya sudah mulai kegiatan tsb. Awalnya niat di RSIA Kendangsari tapi waktu telpon ternyata sudah penuh, akhirnya mau ke RSIA Putri aja tapi karena jadwalnya yang nanggung, saya kesiangan, hehehe.

Dan saya mulai hunting lagi minggu depannya, daftar lagi di RSIA Kendangsari dapat jadwal hari Minggu jam 8 pagi, ternyata ada juga jadwal hari Minggu, di website cuma tertulis jadwal Rabu & Sabtu. Mulailah saya senam hamil di RSIA Kendangsari.

Waktu Minggu pagi, cuaca udah mendung banget, pas mau berangkat udah mulai gerimis, enak banget buat tiduran di rumah tapi saya nggak mau nunda-nunda lagi dong senam hamilnya, akhirnya berangkat dan sampai parkirannya langsung deres, mana lupa nggak bawa payung, untung nggak jauh sih jarak parkiran ke dalam, tinggal lari (hati-hati) aja.

Sampai di dalam peserta registrasi dulu sambil nimbang berat badan dan ukur tensi, setelah semua siap, mulailah senamnya. Di sini suami nggak ikut masuk ya, cuma nungguin di depan ruangan aja dan bayar biaya senam.  Kuota 20 orang tapi sepertinya peserta yang datang nggak sampai segitu, mungkin karena hjan juga ya.

Untuk metode senam menggunakan metode Senam Hamil Yophytta, jadi tahap awal relaksasi duduk bersila sambil memejamkan mata dan dikasih masukan-masukan positif dari instrukturnya sambil mengatur nafas yang baik dan benar, lalu dilanjutkan gerakan-gerakan peregangan anggota badan seperti leher, bahu, betis, tangan, kaki, dsb. Dan ditutup oleh relaksasi juga dengan posisi tiduran. Dengan cuaca dingin karena di luar masih hujan dan penerangan yang remang-remang tentunya saya sukses tertidur.

Minggu depannya saya senam lagi dan kebagian hari Sabtu, metodenya masih sama tapi untuk Sabtu ini pesertanya lebih banyak dari Minggu lalu, bedanya yang barusan ini setelah relaksasi terakhir ada bidan yang memeriksa detak jantung janin bergantian dan bisa konsultasi dikit-dikit lah ya, dan keluar ruangan dapat sample susu maternity.

Untuk biaya masih sama dengan postingan saya sebelumnya yaitu 100.000 dapat 4x sesi dengan fasilitas yang saya sebutkan sebelumnya dan air mineral plus 1 kotak snack.

Semoga ikhtiar saya dengan mengikuti senam hamil dapat bermanfaat di kemudian hari terutama pada saat persalinan saya. Aminn...

Friday, October 14, 2016

29W : Hunting Senam Hamil

Mood saya untuk menulis di blog memang sedang turun, salah satu penyebabnya adalah... entah kenapa waktu saya mau merapikan blog dengan menyamakan font, tiba-tiba salah satu postingan saya tentang art & paint ketumpuk oleh postingan lain dan menyebabkan postingan itu kehapus. Kalau sekarang disuruh nulis lagi sedang nggak minat, gara-gara hamil jadinya nggak sempat melakukan hobby art juga, ya sudahlah ya...

Kabar baru dari saya adalah I'm officially 29 weeks pregnant now! Atau 7 bulan lebihlah.. Gerakan janin lebih heboh dari sebelumnya. Kalau sebelumnya cuma berasa getaran-getaran kecil, sekarang sudah mulai berasa tendangan dan sikutan kecil yang bikin saya jadi geli-geli gimana gitu. Waktu tidur juga sering kebangun gara-gara beser atau kram di betis.

Karena sudah 7 bulan dan nafas kadang juga mulai terasa pendek-pendek saya mulai olahraga, saran obgyn saya adalah jalan kaki, renang dan senam hamil. Untuk renang saya sudah mulai waktu hamil 6 bulan meskipun belum rutin, tergantung ada yang nganter apa nggak. Untuk jalan pagi. terus terang belum pernah meniatkan diri untuk jalan pagi keluar atau sekitar kompleks aja, karena agak malas nyiapin baju olah raga sama sepatunya, kebetulan t-shirt saya buat olah raga juga sudah banyak yang nggak muat, akhirnya saya ganti dengan sepeda statis yang saya mulai pagi ini (baru sehari bangga :p). Kebetulan di rumah ada sepeda statis, jadinya pagi-pagi bisa sepedaan masih pakai piyama sambil pakai headset dengar musik dari HP. Lumayanlah jadi nggak berasa capek. Untuk sepeda statis sendiri tergolong olahraga yang aman untuk ibu hamil, karena minimnya resiko terjatuh bila dibandingkan dengan bersepeda di jalan.

Untuk senam hamil ini baru akan saya mulai besok, setelah telepon beberapa Rumah Sakit yang sekiranya mudah dijangkau oleh saya dan di Surabaya ini yang menyediakan kelas senam hamil, maka ini hasilnya :

1. RSIA Kendangsari
Rumah Sakit ini direkomendasikan beberapa teman saya yang saat ini sudah melahirkan, sayangnya waktu saya telpon sudah penuh, bilangnya bisa daftar kalau ada yang kosong, nah.. bagaimna saya bisa tahu kalau ada yang kosong? Mungkin kita harus rajin-rajin nelpon.

Jadwal : Rabu, Sabtu & Minggu jam 9 pagi
Biaya : 30.000/1x sesi atau 100.000/4x sesi, daftar dulu via telpon.

2. RSIA Putri
Waktu saya telpon yang angkat telpon ramah banget, ups.. fokus. Di sini untuk daftar nggak perlu telpon dulu, langsung datang aja sebelum jadwal senam, tapi baca-baca review kalau telat daftar dan kuota penuh ya goodbye

Jadwal : Sabtu jam 10.30
Biaya : 25.000/1x sesi, langsung datang tidak perlu telpon

3. RSIA Lombok Dua Dua (Jl. Flores)
Untuk RSIA Lombok ada dua lokasi, Jl. Lontar & Jl. Flores tapi karena Jl. Lontar jauh banget dari rumah saya, saya cuma telpon yang di Flores.

Jadwal : Minggu jam 8 & jam 11
Biaya : 30.000/1x sesi, daftar dulu via telpon

4. RS Husada Utama
RS ini sebenarnya dekat sekali sama rumah saya, karena itu saya coba telpon, dan ini rinciannya :
Jadwal : Sabtu jam 8 pagi
Biaya : 40.000/1x sesi, langsung datang ke lt. 4

Untuk tiap Rumah Sakit mungkin beda-beda ya metode dan fasilitas yang didapat, saya sendiri belum tahu. Rumah Sakit mana yang akan saya pilih untuk senam hamil? Atau haruskah saya coba satu persatu?
Tunggu postingan saya selanjutnya.

To be continued...